Rabu, 08 Juni 2022


 - DIARY PASCA RESIGN (Kenapa gak dari kemarin !) -


19 Agustus 2020

 

Hari pertama aku tidak bekerja.

Hey ada rasa sangat ringan di pagi hari. Aku bangun siang pagi ini. Tak lagi memikirkan nanti harus apa dan gimana supaya boss gak marah marah. Maklum kerja di perusahaan orang ya nurut sama atasan adalah hal yg wajib dilakukan supaya umur pekerjaan langgeng dan setiap bulan rekening terisi terus. Tapi hari ini aku merasa separuh beban dipundakku hilang. Aku sudah tidak perlu memikirkan bagaimana cara mood boss ku bagus, dan membuat mood ku bagus seharian supaya ASI lancar. Oh yes! Satu lagiii aku tak perlu lagi repot memikirkan jadwal pumping. Full mommy dirumah sudah tinggal nyodorkan langsung ke anak istilah kerennya DBF (Direct Breastfeeding). Drama steril dan cuci botol juga sudah usaaii. Yesss aku gak menyesal untuk resign. Setidaknya di hari pertama ini yang kurasakan.

 

Hari ini suami ambil cuti. Ah senangnya sekarang suami cuti bisa kapan saja tanpa harus dicap tidak profesional karena ambil cuti bersama. Aku  dan suami bekerja dalam perusahaan yang sama, departemen yang sama. Sering kali kalau kami ambil cuti atasan begitu kepo apa agenda kami. Padahal ya namanya suami istri sudah pasti urusan kami ya sama, dan perlu cuti berbarengan. Sakit hatinya kami adalah kami dianggap tidak profesional karena kami cuti bersamaan, helloo kami heran. Namanya suami istri ya masa mau ngurus anak sakit sendiri-sendiri ya masa mau pulang kampung sendiri sendiri. Rule ambil cuti jauh-jauh hari juga kami lakukan, kami paling anti deh cuti dadakan.  Boss kami memang aneh. 

 

Kalau ada yg bilang, ya terima ajalah, kan itu konsekuensi kerja di tempat yg sama. Yes we know that, dan kami sebelum menikah pun sudah antisipasi hal ini. Kami sudah sampaikan diawal bahwa kami hendak menikah, jikalau pernikahan kami mengganggu profesionalisme lingkungan kerja, maka saya 2 tahun lalu siap resign lebih awal. Tapi boss kami Tidak masalah dengan hal itu, maka kami anggap perusahaan utamanya boss kami pun sudah mempertimbangkan juga dong konsekuensi mempekerjakan suami istri di tempat yang sama. Iya gak sih? 

 

Balik lagi soal hari pertama ku "dirumah", terlepas dengan perdramaan kantorku, aku merasa keputusanku berhenti kerja adalah keputusan yang tepat. Dibalik bagaimana keputusan ini lahir sebenarny juga drama, dan mungkin nnti kuceritKan di bab bab selanjutnya, berhenti bekerja membuat aku kembali merenung tentang tujuan pernikahan ku. Bukankah dulu saat aku memohon dimudahkan dalam menikah karena aku ingin mendulang pahala besar dalam pernikahan? Bukankah pekerjaan istri yg berpahala banyaknya ada didalam rumah? Dan bukankah anak memiliki hak untuk ditemani ibuknya full selama masa pertumbuhan emasnya? Aku seperti diingatkan kembali soal niat dalam menikah, dan aku merasa menjadi ibuk yang jahat membiarkan anakku di rajut diolah dididik bukan dengan tanganku. Aku merasa 1000 hari pertama yang mereka butuhkan adalah kasih sayang, bukan materil. Bukan gaji umminya, tpi waktu umminya. Sedih rasanya 3 bulan setelah melahirkan aku harus meninggalkan bayi mungilku di tangan orang lain. Setiap brgkt kerja terbayang wajah polosnya saat pamitan berangkat kantor. Wajah yg gak ngerti apa apa soal dunia, lalu kenapa aku tega? Pantaslah Allah tak mewajibkan wanita mencari nafkah, pantaslah Allah memuliakan wanita didalam rumah. Ya karena wanita ibadahnya dirumah . Kembali lagi guys, semua pilihan. Ibu dirumah ibu bekerja adalah pilihan setiap wanita dengan masing masing konsekuensinya. Dan ini adalah versiku. 

 

Sebelum resign aku sering mendapatkan masukan untuk tetap bekerja. Tapi setelah kupikir masukannya semua tentang duniawi. Tentang pendidikan yang mahal, kebutuhan anak nanti banyak loh. Kalau suami istri gak kerja nanti gak punya rumah dan mobil. Apakah diantara mereka ada yang memberikan masukan tentang begitu berharganya anak untuk diurus sendiri ditangan ibuknya? Dan ganjaran akhirat untuk merawat anak? Setelah kuingat hampir Tidak ada masukan itu. Semua yang dibahas tentang duniawi. Hanya akhir akhir ini setelah keputusan resign itu muncul, orang orang kemudian support soal merawat anak sendiri adalah bagus. Ah sudahlah aku pikir itu hanya basa basi obrolan, kemarin-kemarin kemana saja? Hahaha. 

 

Menurutku Jikalau bukan kita yang memberi waktu pada diri sendiri tentang merenungkan tujuan diciptakannya wanita, pasti arus duniawi akan menang dan menguasai pikiran kita. Apalagi wanita, sudah paling gampang tergoda dunia. Siapa sih yang gak mau punya uang sendiri, mandiri financial? Tp Alhamdulillah Allah masih melembutkan hatiku untuk berpikir sejenak tentang niatku berumah tangga. Tentang apa yang dulu kepelajari soal kodrat wanita, tentang Allah menciptakan wanita adalah untuk mendidik generasi, melahirkan, melanjutkan keturunan, memastikan keberlangsungan kehidupan terjaga karena wanita, keshalihan anak pun tergantung wanita, maka kebaikan dunia pun secara langsung maupun tidak langsung karena wanita perannya mendidik anak, perenungkan ku juga mengingatkan ku tentang hak dan kewajiban istri yg dulu kepelajari. Ya aku ingat, Dulu tujuanku menikah bukan dunia, tp akhirat dengan mencari pahala. Cita citaku dulu mendidik anak dengan caraku, style ku, mengurus suami, menyambut suami pulang kerja, mengucap terimakasih atas lelahnya bekerja, memasak dirumah, bermain dengan anak, dan mungkin ini saatnya aku kembali fokus mewujudkan mimpi itu. 

 

Hari ini agendaku dengan suami dihari pertamaku resign adalah mengurus masalah rumah. Ya kan? Suami cuti pasti ada yg diurus. Kami berangkat pagi untuk urus tagihan listri yang membengkak. Halah biasalah BUMN satu itu, ada saja oknum oknum yang merugikan kami rakyat jelata. Mereka yang tidak bekerja tuntas, kami yang merana. 8 bulan sudah kami kontrak rumah di daerah tambun. Rumah mungil yang dari luar terlihat nyaman, tapi dalamnya menyimpan banyak cerita mengelus dada selama 8 bulan ini. Ah nanti akan ku ceritakan tentang rumah ini. Ya 8 bulan pula PLN tidak mengecek stand meter kami, selama itu pula mereka hanya menagihkan tembak angka. Aku memang curiga dengan jumlah tagihan tiap bulannya, tp aku berpikir ah mungkin di kab bekasi tarifnya murah. Aku pun tak ambil pusing. Ya buat apa. Sudah ditempat kerja pusing, ya jujur aku cukup malas untuk melanjutkan kecurigaanku. Sampai akhirnya kecurigaanku terjawab dengan tagihan agustus ini yang mencapai hingga 1,6jt. Gila. Memang rumah saya gedong apa!? Aku marah dan kesal, dari situlah aku tahu, bahwa selama 8 bulan PLN tidak bekerja tuntas mengecek stan meterku. Huft bagaimana ini? Tagihan yg seharusnya tiap bulan bs tercover ini sudah terakumulasi. Aku dan suami pun mendatangi kantor setempat untuk meminta kejelasan dan tentunya meminta kompensasi atas ketidak tuntasan mereka dalam bekerja, dengan asal tembak kwh pemakain tiap bulan selama 8 bulan. Woy kemane aje lu?

 

Aku dan suami sempat berdebat dengan petugas. Ya tentulah aku tidak terima, mereka yg gak kerja tp kami yg dibebankan tagihan sebesar itu sekaligus. Akhirny kami mendapatkan keringanan cicilan pembayaran dengan keluar surat hutang. Ckckck berniat tidak berhutang dalam hidup, malah berhutang gara gara orang lain yg kerjanya gak beres. Semoga berkah deh pak petugas gajinya udh nyusahin kami. Miris dengan negara ini. Sebenarny kami cukup tidak puas dengan kompensasi keringanan pembayaran. Ekspektasi kami adalah potongan biaya akibat kesalahan mereka. Restoran aja jika ada salah berani kasih gratis, ya kan!? Tapi ekspektasiku terlalu tinggi dan berujung kecewa. Mereka? Y tetap cuan lah walau dicicil kan mereka tetap mendapatkan bayaran. Tp yasudah kami tidak heran sekali lagi dengan kondisi ini. 

 

Setelah beres urusan PLN, tetiba aku kepikiran untuk mengajak suami belanja kebutuhan MPASI anaku. Yess aku resign tepat saat anakku akan memulai makan diusianya 6 bulan. Ah itu lagi, Allah seakan mengaturnya secara tepat. Aku menyadari dari sederhana kegiatan makan dengan anak, ada banyak nilai nilai yang bisa kita ajarkan langsung ke anak. Bukan dengan pengasuh bayaran kita. Yang mungkin akan asal saat memberikan makan kepada anak kita. Sekali lagi aku beruntung bisa menemai anak ku ke tahap baru kehidupannya. Makan. Dan aku? Masih belum menyesal karena resign. 

 

Aku sungguh berterimakasih dengan suamiku, yang begitu support dengan putusannku. Beliau yg selalu support nilai nilai akhirat. Masyaa Allah mas, kamu penyeimbangku. Beliau selalu bilang, bahwa aku tak pernah kehilangan rezeki ku karena berhenti bekerja. Aku sedang menjemput rejeki ku yg lain, yakni merawat dan menemani anak tumbuh. Bahagia bisa kita pilih, dengan materil, atau dengan melihat anak tumbuh melalui nilai nilai yang kita tanamkan sendiri. Yes aku setuju mas! Aku pun semangat di minggu ini untuk prepare all stuff about MPASI. Dan hari ini aku masak untuk anak ku. Menu kali ini Nasi Ati ayam, jamur, wortel! And you know what? Maryam lahap dan sukak banget! Aku happy lihat sendiri anak ku makan ditanganku. Gak sabar untuk coba menu 4 bintang lainnya sesuai anjuran WHO. Oia guys, ini dia fungsinya jadi ibuk harus sekolah yang tinggi, pendidikan sudah paling efektif membuat seseorang mempunyai pola piki yang open minded soal perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pengasuhan anak, aku yakin temen-temen yang kuliah udh biasa banget deh cari-cari informasi di dunia maya, bahkan skill kita waktu dikuliah membuat kita pandai memilah informasi, mana yg akurat, fakta, mitos, hoax sehingga kita bisa tepat dalam pengasuhan anak. Oia bukan berarti ilmu asuh anak dari nenek moyang salah ya, tapi insyaa Allah makin kesini makin banyak penelitian dan perkembangan ilmu, jadi jangan kolot ya, jangan juga dibilang anak milineal selalu benar dan gak nurut, hey kita hanya mencoba membuka informasi, memperbahrui ilmu. So guys! Ini ceritaku dihari pertama. Masih belum menyesal resign. ️

Jumat, 05 Mei 2017

HALO JEPANG! EDISI TOKYO (EPS-1)

image1.JPG
Terminal 3 Ultimate Soekarno-Hatta Jakarta

HALO JEPANG!! EDISI TOKYO 
(Eps-1)

“Setiap perjalanan akan memberikan sebuah kesan dan pelajaran, disana ada tentang rasa syukur kepada Sang Pencipta, Toleransi, dan Memaknai tentang bagaimana Kita harus Menghargai banyak hal”

Perjalanan yang baik diawali dengan perencanaan yang matang, gak cuman tentang perjalanan kehidupan menjadi sukses yang butuh rencana matang, tapi sekedar menghibur diri memberikan hak tubuh untuk berjalan-jalan juga butuh perencanaan matang supaya liburan itu beneran menghilangkan stress bukannya nambahin stress.

Alhamdulillah, tahun ini berkesempatan lagi buat lihat Negeri Sakura yang kedua kalinya. Bedanya tahun ini udah nyoba pakai biaya sendiri. Perjalanan ke Jepang udah di susun serapih mungkin sama kakak ipar gue dari tahun 2016. Kita akan pergi ke Tokyo, Kyoto dan terakhir pulang melalui kota Osaka. Gue pengen banget berbagi cerita sama kalian tentang perjalanan gue kemarin di bulan April yang kurang lebih selama 11 Hari di Negeri Matahari Terbit.

Perasaan ketika berangkat tanggal 17 April 2017 hari Senin, 1 bulan yang lalu itu seneng banget. Gak sabar buat langsung nyampe di Narita International Airport Tokyo. Gue beda penerbangan dengan abang gue dan keluarganya, gue pergi bertiga sama nyokap, sama adek pake penerbangan Garuda Indonesia yan Boarding jam 8 malem tapi transit dulu di Denpasar, nah jadi cerita selengkapanya begini deh…

Ketika Halo yang Ke-2 untuk Sakura yang Cantik di negeri Matahari Terbit….

Berangkat ke Negara dengan musim yang berbeda dengan Indonesia punya rasa sensasi tersendiri khususnya ketika packing berlangsung. Setelah browsing keadaan cuaca di Jepang saat itu maka banyak hal banget yang perlu disiapkan. April di Jepang memiliki suhu sekitar 11 – 15 derajat celcius, oleh karena itu dari Indonesia udah siap bawa coat-coat yang tebal dan gak terlalu tebal supaya gak kedinginan lagi kayak pas ke Jepang pertama kali tahun 2015, yang bener-bener saltum. Xixixi. Saking takutnya kedinginan, gue dan mama sampe bawa coat 6 biji (padahal nyampe sana yang dipake itu-itu aja, hehehe) alhasil koper bawaan jadi berat banget dan banyak. Tapi menurut gue masih standar sih, hehe. Kita bawa tiga koper! Nah gue ada tips buat packing perjalanan jauh yang butuh baju banyak dan bawa jaket banyak, yaitu:
1. Menggunakan plastic Vacuum yang bisa kalian dapatkan dengan mudah di Online atau di Ace Hardware guys. (Nb: ini efektif bangetttt!!! REKOMEN!)
2. Terus kalau emang niatnya disana mau backpack tolong jangan ngikutin gue yang bawa baju kebanyakan, jadi gak minimalis bawaannya, hehehe.
3. Abis itu cara packing Vacuum Plastic yang benar adalah kalian masukin dulu Plasticnya ke koper supaya bisa langsung membentuk luas/ukuran koper, baru abis itu dimasukin bajunya, boleh pake cara bajunya digulung.
4. Jangan lupa bawa tas kosong buat isi oleh-oleh (HAHAHA)
image1.JPG
Itu dia Plastik Vacuum, yang ungu di tengah itu lubang buat
mesin vacuumnya menghisap udara di plastik

Penerbangan Indonesia – Jepang ke Narita menggunakanan Garuda Indonesia harus transit terlebih dahulu di Denpasar sekitar 1 – 2 Jam. Gue berangkat dari rumah udah dari jam 3 sore, nyampe bandara Terminal 3 sekitar pukul setengah 5an jadi masih bisa santai jalannya. Alhamdulillah, langsung udah boleh check-in, jadi udah lega gak bawa barang-barang koper yang so heavy itu. Perjalanan Jakarta-Denpasar hanyak sekitar 1 Jam 30 menitan. Sampai di Denpasar langsung masuk imigrasi lagi dan itu memakan waktu cukup lama karena antrian yang panjang, Alhasil nunggu di waiting room untuk boarding lagi ke jepang cuman sekitar 1 Jam doang.

Sebenarnya gue gak suka naik pesawat kelamaan, karena di pesawat lama gue gak tenang dan gelisah apalagi kalau Perser pesawatnya bilang suruh kembali ketempat duduk karena cuaca di luar sedang buruk, fyuuhh. Dan itu selalu terjadi beberapa kali selama 7 jam perjalanan Denpasar-Narita. Untungnya, karena itu penerbangan malam, gue bisa tidur buat ngalahin kegelisahan, hehe.

Sekitar pukul 08.00 waktu Jepang, atau pukul 06.00 waktu Indonesia kita udah landing dengan selamat di Narita Int Airport pada tanggal 18 April 2017. Yeaaayyyy!! Kesan pertama gue adalah, Ternyata gak sedingin yang gue bayangkan! Kesan selanjutnya adalah, Narita gak sebagus Haneda Int Airport, mungkin karena ini airport tertua Tokyo kali ya. Tapi overall ingatan gue dua tahun silam tetang Jepang masih samaa!! Orang-orangnya sangat well service, cekatan, cepat, dan disiplin! Keliatan pas antri imigrasi, saat itu penuh banget, mungkin karena berbarengan sama Konser Coldplay Tokyo, jadi banyak banget turis asingnya, Nah! Untuk mencegah antrian yang panjang dan lama, pegawai Imigrasi sigap banget bikin counter tambahan kayak counter kecil di tengah-tengah untuk nyicil beberapa pengecekan dokumen, jadi nanti di counter final lebih cepat lagi, WOW!.

Tanggal 18 April itu agendanya gak ada apa – apa, hanya check in hotel. Oia yang membedakan tahun ini sama dua tahun silam adalah, penginapanya!! Karna kali ini jalan-jalannya rombongan jadi kita memilih menginap di Air BnB ATAU Apato (Re:Apartemen) orang jepang. Kita tinggal di daerah Shinjuku. Atau stasiun terdekat dengan apartemen kita adalah Wakamatsu-Kawada Station. Yang keluarnya atau pintu Exitnya Kawada Exit. Jalan dari station ke apartemen cuman butuh waktu 5 menit doang. Oia transportasi andalan kita adalah KERETA, SUBWAY kalau di Tokyo. Jadi kalau dari airport kita langsung naik kereta ke arah Shinjuku Station. FYI Route kereta TOKYO kalau kalian perhatiin itu ruwet abis kayak benang ruwet, karena di Tokyo sendiri untuk jenis kereta itu ada macem-macem, ada JR Line, ada Subway Line dsb, tapi guys tenang aja, tidak seribet itu sebenarnya. Kalau di Jakarta sering naik KRL agak membantu kok, yang penting intinya kita tahu station akhir yang mau kita tuju itu apa, nanti tingal kita susun perjalanannya pake jalur mana aja, tinggal lihat petanya kok.

Untuk tiket kereta sendiri kita pakai Tokyo Day Pass 72 Hour atau 3 hari dan pakai JR PASS untuk perjalanan keluar kotanya. Pembelian tiket bisa pakai online dari Indonesia, bisa juga beli langsung di stasiun. Untuk pembelian tiket biasa tanpa yang paket-paket gitu kita bisa self service di mesin ticketing, tenaangg ada englishnya kok. Mudah banget penggunaan mesinnya.
1. Atur bahasa dulu jadi English
2. Pilih adult ticket yang kita mau beli berapa, 1 atau 2 atau 3, biasanya tombolnya bentuk orang gitu ada berapa orang, tinggal klik
3. Trus pilih harga tiket yang kita mau beli. Kita bisa lihat di papan besar di atas ticketing, kita mau ke stasiun mana dan harganya berapa, anyway kalau dalam perjalanan kita butuh mengganti line (ada beberapa line berbeda yang perlu dilaluin), kita gak bisa beli tiket langsung ke stasiun akhir, maksudnya adalah kita harus membeli tiket untuk satu line dulu, setelah itu di stasiun tersebut kita transit, exit terlebih dahulu baru beli tiket baru untuk ganti line (khususnya kalau ganti jenis kereta). Tapi ada beberapa yang bisa tidak perlu keluar exit tapi tiketnya langsung ke stasiun akhir walaupun berganti line. 

image4.JPG
Stasiun terpadat Tokyo (Shinjuku Station) 

Air BnB di Tokyo cukup mahal dibandingkan di kota Kyoto atau Osaka, jadinya apato yang didapatkan cukup kecil untuk 11 orang dewasa dan 3 balita yang luasnya hanya 51 meter persegi hehe, tapi kalau di huni hanya 5 – 6 orang masih sangat nyaman. Satu apartemen ada 3 ruang tempat tidur dengan kasur double bed, satu kamar mandi plus ruang menyuci, dapur dan tempat menonton TV. Walaupun minimalis, gue sangat suka sama layoutnya,

DAN yang perlu di ingat!!!! Di mana – mana, di Jepang setiap rumah atau suatu kawasan dsb, selalu ada tempat sampah yang di pisah-pisah sesuai kategori. Kalau di rumah, ada 2! Satu untuk botol plastik, kaleng dan kaca, yang satunya untuk rubbish selain itu! DAN PERATURAN ITU SANGAT KETAT GUYS!!! KALAU ENGGAK DI LAKUIN KITA BAKAL DI COMPLAINT! Soalnya gue mengalami itu, hehehehe. Di hari terakhir gue tugas membuang sampah kedepan apato, itu kondisinya udah kita pisahin loh, tapi terus ada nenek-nenek jepang menghampiri gue sambil nunjuk-nunjuk sampah yang gue pegang sambil nyerocos pake bahasa jepang yang gue gatau maksudnya apa! Yang gue tangkep dari gerakannya adalah ternyata di plastik botol-botol yang gue bawa masih ada sampah selain botol, kaleng dan kaca, alhasil selama kurang lebih 5 menit gue di cerocosin pake bahasa jepang yang gue gak ngerti maksudnya apa, dia cuman bilang yang gue inget DAME DAME DAME! Yang emudian hari gue tau DAME artinya tidak boleh melakukan hal tersebut, ahahahaha!! Gue yang di cerocosin awalnya bales pake bahasa inggris, please English I don’t know what do you mean?? (TERIMAKASIH Justin Bieber atas lagunya), lama-lama gue kesel dia ngomong terus padahal gue udah paham maksudnya apa, gue bales aja pake bahasa indo hahaha sambil mangguk-mangguk dan gak lama dia pergi. Jadi guys seketat ituuuu.
image3.JPG
OOTD depan Air BnB (Trust Homes)

Well, Perjalanan gue di Jepang masih panjang bingitzz, lanjut nanti di episode selanjutnya yaaahh…


Selasa, 07 Maret 2017

Sudah lupa berdo'a untuk orang lain?

Ketika Do'a membawa Kebaikan yang lainnya

 
1 Do'a untuk Orang Lain = 1 Do'a untuk Kebaikanmu

Terkadang sebuah kebaikan tidak harus diperlihatkan. Tapi banyak kebaikan lain yang disebarkan manusia tanpa terlihat tapi bisa di rasakan. Salah satunya adalah Do'a yang dikirim untuk orang lain. Di negeri kita Do'a masih dipercaya sebagai sebuah hal yang ajaib dalam kehidupan. Untungnya masyarakat kita masih menganggap do'a sebagai tempat menggantungkan harapan. Jadi masih banyak orang-orang yang percaya kepada Tuhan, percaya do'a dan percaya bahwa dirinya bukan apa-apa tanpa berdo'a. Maka ternyata masih banyak orang-orang di negeri ini yang tidak sombong dan arogan karena masih butuh Tuhannya. Dan masih banyak orang-orang baik yang bisa menahan dirinya, memasrahkan dirinya dengan berdo'a. Maka negeri ini masih akan tetap damai ketika manusianya masih berdo'a.

Tulisan ini hanya opini dan berkisah tentang sebuah kebiasaan dari seorang gadis yang berharap do'anya dapat memberikan kebaikan untuk orang lain dan dirinya sendiri. Yang menggunakan do'a sebagai pembentuk pribadi positif. Yang berdo'a untuk selalu percaya bahwa sebuah ketidakmungkinan akan menjadi mungkin ketika do'a yang terus menerus dipanjatkan sampai ke Maha Pencipta. Dan yang percaya bahwa do'a memiliki keistimewaan nya tersendiri. Serta yang menyadari bahwa dari ber'doa ada banyak hal positif yang muncul tanpa sadar.

Berawal dari hal sederhana. Berawal dari hati yang tergerak ingin membantu setiap kali ada yang "kurang beruntung" berpapasan atau melintas. Tapi apa daya saat itu hanya bisa simpati, saat itu tidak punya cukup kemampuan untuk mengurangi beban mereka, dan entah mengapa yang terpikirkan saat itu adalah berdo'a untuk kebaikan dirinya. 

Suatu ketika, di sore hari, sekitar enam tahun silam. Aku mendapati sebuah cuplikan sederhana yang Tuhan perlihatkan dan tidak pernah aku lupakan. Saat itu senja akan berganti malam, dimana beristirahat adalah pilihan yang paling tepat setelah seharian penuh beraktivitas. Namun, aku tidak melihat itu ketika seorang bapak dengan panggulan di pundaknya, membawa dua kotak bertuliskan "sol sepatu" masih terlihat mengitari kompleks perumahan ku sambil berteriak "sol sepatu.... sol sepatu....".  Beliau masih berusaha menjual jasanya, walau kini matahari semakin bergerak ke ufuk barat, dan pelan-pelan cahaya nya meredup di langit sore. Beliau memperbaiki sepatu-sepatu rusak yang mungkin pelanggannya ada di salah satu deretan rumah gedong itu. Aku pun baru saja turun dari mobil angkutan umum selepas pulang bersekolah. Dari jauh aku sudah memperhatikan beliau. Peluh keringat terlihat di dahi, handuk kecil yang melingkar dileher terlihat lusuh namun khas dari si bapak. Wajahnya yang mulai keriput sangat jelas terlihat letih, bahkan asumsiku beliau sangat letih. Entah letih karena telah mengitari banyak kompleks dan perkampungan atau letih dengan kehidupan yang ia jalani. Tapi yang aku tahu ada keluarga yang menunggu nya dirumah, dan berharap ia pulang membawa sedikit rezeki untuk menyambung hidup. 

Aku memperhatikan, tapi pikiranku meluas. Aku berandai bagaimana jikalau beliau adalah ayahku. Sungguh aku tidak tega jika membayangkan ayahku lah yang sedang berjalan disana yang hatinya terus berharap ada salah satu orang dari rentetan rumah tersebut memanggil beliau untuk memperbaiki sepatu. 

Pada saat itu tahun 2011, jasa memperbaiki sepatu, terlebih di kompleks perumahan yang cukup baik secara ekonomi, bukanlah hal mudah untuk beliau menjual jasanya. Itu asumsiku. Karena pada umumnya orang-orang akan membuang sepatu atau sandalnya yang rusak dibandingkan harus menggunakan jasa Tukang Sol keliling. Itu pula yang terjadi pada diriku. Lagi, aku banyak mempertanyakan dalam diri, berapa pengasilan beliau seharinya, apakah anaknya sekolah, apakah hari itu iya sudah membawa cukup uang? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang memutar di otakku sambil tetap memperhatikan beliau yang sedari tadi berjalan lambat masuk-keluar gang. Ku toleh saku ku, nihil. Uangku memang sudah habis. Bahkan di sekolah saja aku hanya bisa membeli tahu goreng karena uang saku ku sudah habis untuk ongkosku bersekolah, yang jaraknya cukup jauh. Aku sedih, aku iba dan Aku merasa tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan aku tidak bisa berpura-pura untuk hanya sekedar melem kan sepatu ku dirumah karena memang aku sendiri tidak punya uang untuk membayar jasanya. Lantas, apa yang terlintas olehku saat itu? Ya, entah mengapa aku malah memilih berdo'a untuknya. 

Masih terlihat bapak itu di ujung mataku, karena memang jalanan saat itu cukup sepi tidak ada yang menghalangi pandanganku, dan jalan itu cukup panjang untuk beliau tidak terlepas dari perhatianku. Spontan saja aku bergumam di dalam hati " Ya Allah, berikanlah rezeki Mu, berkah Mu dan rahmat Mu, agar beliau dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, hanya kepada-Mu lah Hamba berharap, memohon dan meminta" Yak! kalimat itu yang aku gumamkan sebanyak 3x, dan tidak terasa air mataku berada di ujung mata. Jujur, memang aku adalah orang yang cukup melankolis, mudah tersentuh dan emosional. Tapi aku bersyukur dengan itu, paling tidak hal itu yang selalu mengingatkan ku bahwa banyak yang masih belum seberuntung diriku, dan banyak hal yang perlu disyukuri. Tak lama aku menyelesaikan do'a ku, Tuhan seakan langsung menjawab. Aku kaget. Aku terdiam. Seketika itu pula langkahku terhenti. Seseorang keluar dari salah satu rumah itu, pagarnya hitam. ya aku masih ingat. Beliau memanggil bapak sol sepatu, menenteng sepatunya dan hendak menggunakan jasa si Bapak. Ketika itu aku langsung merasa, "Ya Allah? apa benar engkau langsung mengabulkan? Ya Allah ini benar ada orang yang memanggilnya untuk memperbaiki sepatu??" aku terus bertanya tapi aku turut senang, hati ini membuncah. Jika memang itu karena do'aku maka aku sangat bersyukur. 

Dari situlah, kemudian awal mula keyakinan ku terhadap sebuah do'a muncul. Awal mula aku belajar bahwa berdo'a bukan hanya untuk diri sendiri dan orang tua, tapi berdo'alah untuk orang lain, bahkan untuk orang yang sama sekali tidak kita kenal. Berdo'alah karena berharap kebaikan untuk orang lain.

Sampai saat ini, kalimat itu, beserta urutannya tidak pernah berubah. Aku masih sangat senang mendo'akan orang lain dengan sepenggal kalimat tersebut yang telah membuka mataku tentang keajaiban sebuah do'a. Sejak saat itu pula, aku mulai rutin mendo'akan orang-orang terdekat. Hadiah untuk orang lain tidak hanya barang dan uang, bahkan bagiku sekarang do'a tidak kalah penting. Banyak orang-orang yang tidak bisa kita bantu walau sebenarnya rasa membantu itu sangat kuat, maka berdo'alah untuk mereka. Saya bersyukur sampai sekarang masih menggunakan kendaraan umum, saya masih disadarkan di jalan bahwa saya masih sangat beruntung. Saya belum bisa merangkul mereka semua, tapi semoga do'a saya turut membantu kebaikan mereka. Yuk saling mendo'akan!

Do'a menjadikan aku untuk selalu berpikir positif. Positif kepada Tuhan dan positif kepada kehidupan. Memanjatkan do'a berarti kita memiliki cita-cita dan harapan. Maka dari do'a manusia terus hidup. Berdo'a juga bukan berarti meyakinkan diri semuanya akan terwujud sesuai ekspektasi diri seperti cuplikan kisah diatas. (Cuplikan diatas bagiku adalah pengingat bahwa do'a memanglah memiliki keistimewaannya sendiri, terlebih do'a itu untuk kebaikan orang lain). Tapi berdo'a adalah kekuatan diri ketika lemah, dan penasihat diri ketika berada diatas angin.  Bahwa semua yang terjadi karena Tuhanlah yang menjadikan. Tidak ada do'a yang tidak dikabulkan, melainkan diganti yang lebih baik dari yang kita kira, atau di pending karena kita belum siap. 



“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama,”  
(HR. Muslim no. 4912)












Minggu, 26 Februari 2017

Jalan-Jalan Shasa #EpsKotaSolo



27 JAM SHORT ESCAPE DI KOTA BATIK (MULIH Ning SOLO)
           
Sudah hampir 5 bulan gue meninggalkan kota Solo semenjak Wisuda di bulan September 2016 tepatnya minggu awal pada bulan itu. Keinginan buat kembali ke kota Solo sangat tinggi. Gue merasa nyaman aja dengan kota tersebut. Empat Tahun kuliah disana banyak banget kenangan dan cerita yang tertinggal. Sekarang saatnya mengenang itu semua dan merasakan kerinduan yang amat sangat untuk kembali ke masa-masa jadi anak kuliahan. Beban hidup cuman tugas, tugas, dan tugas dan belajar yang bener. Gak seperti sekarang. Gak kerja = Malu = Gak makan = Gak beli sabun juga buat mandi = Menunda Resepsi Pernikahan. Hahaha.

Jadi kemarin tanggal 25 Februari 2017 sahabat gue Wisuda. Dan kebetulan banget, di tempat kerja, gue punya jatah libur sehari. Tanpa ragu dan berpikir lama, gue langsung menyusun rencana dari jauh-jauh hari, bahkan dari bulan Desember 2016 kalau Februari nanti gue mau main ke Solo. Jadi misi gue ke Solo ada beberapa!! Pertama pastinya nyambut sahabat gue tercinta pas wisudanya dia, dan yang kedua mengunjungi teman terkasih, tercinta dan tersayang wkwk, dan yang ketiga ini penting banget juga yaitu kulineran bareng teman terkasih dan sahabat tercinta!!

Jadi kali ini gue akan berbagi cerita tentang 27 jam yang gue lakuin selama di Solo. Ulasan utamanya adalah tentang kuliner murah meriah enak yang cocok buat dicobain. Gak enak banget sampe WOW gitu sih, hehe. Tapi at least ini adalah makanan-makanan favorite gue ketika jadi mahasiswa dengan uang jajan pas-pasan di solo Rp 600.000,- / bulan. Jadi udah barang tentu yaaa, isi ulasan makanannya bukan makanan resto atau cafe tapi makanan pinggir jalan. So Let’s check it out! (Oia ini info bisa juga buat informasi kalian yang lagi bingung kuliah nanti di solo itu gimana, khususnya buat soal makanan)

Perjalanan di mulai tanggal 24 Februari. Gue memilih menggunakan kereta ekonomi yang murah meriah. Walaupun udah kerja tapi gue selalu perhitungan. Gue naik kereta Bengawan yang berangkat dari Pasar Senen jam 11.30 WIB. Harga tiketnya murah sekali yaitu 79.000 saja udah sampe Solo coy. Perjalanan ditempuh selama 9 jam lalu turun di Stasiun Besar Purwosari pukul 21.00. Kalau kalian bingung dari situ musti gimana-gimana, tenang aja, disitu banyak tukang taxi, tukang ojek dan tukang becak yang siap nganterin ke tempat tujuan penginapan kamu, tapi satu yah kalau bisa sih kalian bisa bahasa Jawa jadi gak keliatan turisnya. Atau gausah bingung karena sekarang solo udah ada Go-Jek (YEEAYYYY *prokprokprok), tapi kayaknya GO-JEK disana masih rada perang dingin sama abang pangkalan hehe. Tapi aman kok Inshaa Allah. Atau kalau mau lebih hemat calling kenalan, kolega, teman, atau pacar buat jemput.

First Destination gue adalah! Ceker Dherr!! Ini adalah salah satu kuliner yang cukup terkenal di kota Solo. Letaknya di Jl. Slamet Riyadhi. Gue lupa sih tepatnya dimana pokoknya kalau arahnya dari purwosari ke pusat Kota maka adanya di sebelah kiri. Cukup bisa dikenali kok, karena ada spanduk cukup besar bertuliskan Cakar atau Ceker dher gituu. FYI Katanya sih ini yang punya anaknya orang nomor 1 di Negara kita, a.k.a yang punya anaknya presiden. But I don’t know the truth, just the rumor said like that. So, it Doesn’t matter lah yah, yang penting yang mau gue sampein adalah makanannya. Hehehe. Ceker dher ini adalah jenis makanan/jajanan ringan sih menurut gue, karena tempat makan ini menjual ceker ya pasti, sama bakaran bakso, otak-otak dan semacamnya gitu. Lalu apa yang menarik?? Yang menarik adalah bumbunya coooyyy!! Karena gue suka pedes, jadi ini makanan favorite gue sih. Dia jual ceker di bakar, tapi sebelumnya udh direbus dulu biar empuk gitu kan, setelah udah di bakar di balurin sama bumbu cabai yang gurih dan pedas gitu. Kemaren gue cobain terakhir kayaknya udh gak terlalu pedes kayak dulu gue cobain pertama kali, mungkin cabai mahal kali ya cyin, hehe. Harganya cuman Rp 16.000 dapet 10 ceker. Kalau mau beli tusukan bakaran juga bisa, harganya Rp 2.000,- / tusuk. Kalau kalian emang doyan pedes dan doyan ceker you should try it!! Nilainya 7 deh (menurut gue yang dalam kamus kuliner makanan itu cuman punya dua kategori, enak dan enak banget , meragukan yah, tapi bener harus dicoba).



Maaf kurang bagus fotonya, lupa dikeluarin di piring :(

Karena nyampe solo sudah cukup malam, maka perut pun sudah minta untuk di isi, jadi gue memutuskan untuk ketempat makan yang punya saksi sejarah pertumbuhan gue selama 4 tahun disana sejak 2012 sampai 2016 #lebay. Sehabis beli ceker dher gue melanjutkan perjalanan ke Kampus UNS. Ketempat kosan sahabat gue yang dulu juga kosan gue selama 4 tahun. Rencana gue mau numpang nginep, gak sudi abang kalau cuman sehari trus stay di hotel, mending nginep tempat temen lah yaah, dalam rangka menyelamatkan dompet di akhir bulan. Hoho.

Kwetiau yang selalu dirindukan
Tempat makan malam yang gue pilih adalah, kios makan pinggir jalan di sebrang pintu gerbang utama kampus kuh tercintah UNS. Namanya Nasi Goreng Kharizma. Kios ini dari jaman gue masih jadi cupu mahasiswa dia udah berdiri, tapi lapaknya kecil banget coy, kayak cuman 2 x 1,5 m2 tempat makannya, udah gitu nebeng di depan toko orang yang udah tutup. Dulu awal-awal ini tukang nasi goreng belum terlalu ramai, tapi karena terkenal murah, porsi banyak yang cocok untuk mahasiwa kelaparan tapi uang terbatas, dan selalu buka sampe hampir tengah malam, jadi tempat ini adalah pilihan yang tepat untuk mahasiswa-mahasiswa seperti gue yang kerjanya rapat sampai jam 11 malam trus kelaperan butuh amunisi karena kalau enggak, gak bisa tidur karena perut sudah konser minta di isi. Dulu harganya cuman Rp 7.000an, tapi dari tahun ketahun pelanggan setia semakin meningkat, akhirnya harga juga meningkat karena inflasi, sampe sekarang harganya sudah menjadi Rp.8.000 – Rp 9.000an, tapi itu masih murah loh. Karena porsinya banyak sekalii. Tempat makannya juga makin berkembang banget. Pas Tahun 2016 kemarin sebelum gue lulus, si abang tukang nasi goreng melakukan ekspansi tempat makannya dengan menyewa satu ruko donggg!! (YEAAYY *PROKPROKPROK) Salut sama abangnya yang istiqomah sama usaha. Semoga bisa pergi Haji ya bang kan bisa ngalahin tukang bubur naik haji, kalau ini berarti tukang nasgor naik haji.
Di foto pas udah mau abis, lupa >.< maafkan

Dulu yah, karena tempat makannya kucrit banget, kalau elu datang pas jam rush hour (07.00-09.00 malam) dirimu bisa menghabiskan waktu dalam antrian makanan selama 1-1,5 jam, nungguin makanan lu selesai dibuatin karena ngantri parah, apalagi dulu dia cuman sama istrinya coy. Sekarang udah ada karyawan satu plus tempat makan lebih besar, serta udh ada sistem tulis pesanan jadi gak bakal di seruduk orang antrian lau. Hehehe. FYI abangnya buka dari jam 5 sorean lah.


Kemarin gue beli Kwetiau Kuah Favorite gue sama Nasi Gorengnya. Semuanya gue beli ½ porsi doang hehe. Kalau ½ porsi harganya Rp 6.000,- rasanya masih sama dan tiap suapan mengingatkan kembali tentang masa-masa gue kuliah #aseek. JADI pas makan gue menikmati banget, ditambah makannya pake ceker dher traktiran teman terkasih kan #ahaaayy hahaha. Oia satu lagi, kemaren selain makan pake ceker dher, gue juga sempet dibeliin jajanan favorite gue, pesanan eksklusif, dia rela antri :’) yaitu Sosis Naga Belakang Kampus UNS. Ini juga jajanan murah meriah menyenangkan hati, jajanan pedes dan kurang bersahabat dengan perut kalau elu gak suka pedes. Karena bumbunya ini lebih pedes dari ceker dher, tapi mantep banget!!! Aahhh luv banget pokoknya. Dulu pas jaman kuliah mungkin seminggu bisa 2 kali gue jajan itu. Kalau duit gue banyak gue beli setiap hari deh hahaha. Untung masih di ingatkan teman-teman terkasih untuk berhemat dan jaga perut hohoho. Harganya Rp 2.000/ tusuk.  Ada bakso ikan, bakso cumi, bakso kepiting, bakso ayam, otak-otak scallop dsb. Favorite gue yang bakso ikan, karena membal-membal enyoy gurih gitu hehehe. Jadi cucok banget sama sambel pedesnya. Jajanan ini juga kalau lagi rush hour, jam-jam mahasiswa butuh cemilan di sore hari, maka antrian pesanan anda bisa 30 menit sampai 1 Jam coy. Tapi aku mah rela demi menghibur lidah dan perut. Hehe.

Yang kayak gini gak ada di jakarta :( terutama bumbunya
Besokan paginya gue udah janjian emang sama teman terkasih untuk nemenin muter solo. Jadi jam 7.15 kita udah cuss buat cari sarapan. Gue udah punya planning, gue mau makan di tempat idaman, yaitu makan Selat Solo di Selat Viens. Duh nama jalannya gue gatau apa, tapi itu deket banget sama stasiun solo balapan, jadi kalau kalian bingung, cukup Tanya aja sama orang sekitar stasiun solo balapan dimana selat viens pasti dikasih tauuu. Orang Solo baik-baik cooyy asal kitanya sopan.

Menu Selat Viens


Masih Pagi = Masih Sepi #uhuy
Rencananya di selat viens gue mau pesen selat solo sama stup makaroninya guys, tapi sedih banget ternyata masih kepagian dan stupnya belum ada. Yaudah jadi gue pesen selatnya aja. Murah sekaliiii hanya Rp. 9.500,- you guys udah dapet telor, kentang, sayuran, plus daging cacah. Tapi yah, waktu jaman kuliah, makanan itu udah masuk kategori makanan hedon bagi gue, hahaha. Jadi walopun gue sukak banget tapi ya gak sering-sering juga kesana. Karena menurut gue dulu segitu itu mahal, karena bandingannya dulu gue penyetan ayam sama nasi cuman Rp 7.500 udah dapet dikosan gue hahaha. Ini tempat makan yang patut banget buat kalian cobaaa. Balik lagi gue ingatkan jangan datang di jam-jamnya pas manusia mencari makan, atau jam mainstream ya kalau kalian Gak mau antri atau rame. Hehehe.


Kenampakan Tempat Makannya dari Pinggir Jalan


My Favorite Dish!! Khas Solo, Selat.

Gaya dikit, Cekreekk (Lokasi = Sarkem)

Setelah makan, gue muter sedikit kota solo. Terus cari kembang di daerah Pasar Kembang namanya. Demi tidak membawa tangan kosong ke temen-temen nanti pas nyambut wisuda jadi gue beli beberapa tangkai mawar (gara-gara udah kerja jadi MERASA masa gak ngasih apa-apa malu atuh) #gengsi. Mayaannn cuman Rp 5.000,- pertangkai. Gue udah cukup senang dengan harga segitu sebelum akhirnya gue mendengar dari abang-abang bunga di dalem kampus UNS yang tereak-tereak nawarin bunga mawar dan dia ngejual Rp 10.000 dapet 3, gue ngelirik bentar, ngelus dada, Damn!! saat itu gue merasa jleebbb, ternyata maksud hati mau beli langsung ke pusat yang jual kembang biar dapet murah eh ternyata di dalem UNS malah lebih murah :’). Thank You bang, kamu membuat ku tersadar.
Congraduations My Besties (Ig: Febri Trian Pangesti)

Next!!! Pas wisuda rame banget manusia Ya Allah, tapi emang gak se Crowded pas gue wisuda, tapi yang bikin makin terasa engap adalah cuacanya yang super panas coy. Itu seperti tanning time lah #lebay. Selesai proses sambut menyambut teman, gue kelaparan, tapi karena waktunya mepet banget harus segera ke studio photo sahabat gue untuk nebeng muka, maka gue memutuskan untuk ngisi perut dideket kosan sajalah. Gue memilih makan mie ayam langganan gue, harganya Rp 7.000,- porsi seabrek, kenyang sampai bego tapi enaaakk :’). Gue suka sama tekstur mienya sih. Bumbunya standar tapi lagi-lagi karena dikamus gue cuman ada enak dan enak banget jadi ini enaaakkk hehehe. Kalau anda kelaparan sekitar kampus di tengah hari bolong makan aja nih di mie ayam depan kampus gang pucang sawit. Worth it to try buat anak mahasiswa yang penting kenyang dan lumayan rasa tidak mengecewakan yaa.

Mie ayam Pucang Sawit

Hari cepat banget berlalu guys, selesai Foto-foto cantik itu jam 5an, jadi gue nyampe kosan jam setengah 6. Kita memutuskan untuk mandi dulu, karena emang gerah banget dan tadi siangnya udah panen keringet. Nanti malamnya jam 12 gue sudah harus balik Jakarta lagi, jadi gue sekalian packing pulang, jadi cari makan sudah bawa tas jadi langsung ke stasiun. Makan malam gue memilih tempat makan yang lagi hits banget dikalangan mahasiswa UNS. Pipe Line, Plate – O gitu deh namanya. Di daerah widuran. Gue kepo Instagramnya menarik sih, so jadi penasaran pengen tau tempat gaul baru. Menunya variatif, ada pasta sama nasi gitu, ini tuh mirip-mirip sama Pepp*r L*nch gituu. Harganya standar harga hedon sihh range Rp 25.000 – Rp 40.000. Gue pesen yang pasta yaitu fettucini pake ekstra toping Keju Mozzarella. Rasanya lumayan, not bad, tapi gak “wow” juga. Boleh lah kalau sesekali. Cuman kalau buat gue belom bisa dimasukin ke menu favorit gue di solo, hehehe. Tempatnya juga ternyata kecil gitu, kalau mau ramean sama temen organisasi kurang cocok sih, apalagi kalau mau ngobrol lama-lama kurang enak sih, karena harus gentian juga sama yang mau makan selanjutnya. Yang unik adalah penyajian dengan hot platenya, pas disajiin huaaawww asapnya mengebul-ngebul bikin nafsu makan meningkat drastic huehehe.

Kenampakan fettucininya, uhh telor , daging sapi sama kejunya yahud

Itu Plate Fish Dory pojok kiri atas, dan dua lainnya Plate O Beef
27 jam gue di akhiri dengan makan pasta itu. Sebenarnya masih banyak tempat yang udh gue rencanain mau di datengin tapi ternyata waktu berkata lain huhu. Gak sempet coy, tadinya gue mau nostalgia sama penyetan kampus, makanan pokok gue waktu jadi mahasiswa. Nasi penyet ayam Jepun, trus gue pengen ke Mie Tarik deket masjid assegaf, mau nyobain Mie Boris yang sambel mienya huuuuu lezat sekalii, gak sempet juga makan ceker gajah mas yang empuknya Mashaa Allah, gak sempet juga ke Mie Sumatra idamanku, atau pergi makan ke soto rempah palur, tongseng stasiun balapan dan bayaaakkk lagi. Anyway I need to go back lah nanti!!

So guys, itu dia sedikit cerita tentang kuliner singkat gue kemarin. Semoga kalian yang bingung nanti kuliah di solo bakal makan apa, apakah solo beneran cuman manis-manis doang?? Ah ternyata tidak begitu kok saudara-suadara. Cuman kadang sayur asemnya aja jadi manis, haha. Semoga artikel ini bisa sedikit membantu dan sedikit bayangan tentang range harga makanan yaa, sama pilihan menu kulineran.

Gue dulu uang jajannya cuman Rp 600.000 sebulan kok, cukup walaupun kalian harus ikat pinggang keras-keras alias hemat tapi jangan lupa juga buat menghibur diri. Karena gue suka makan jadi dikasih makanan kesukaan gue yang murah meriah itu aja gue udah refresh otaknya hehehe. Deket Kampus UNS banyak banget deh makanan yang masih murah-murah. Yaaa sekali makan Rp. 10.000 – Rp 15.000 deh itu udah sama minum, dan itu udah makan yang enak, kalau dulu gue sih lebih sering makan banyumasan yang bisa dapet Rp 5.000 – Rp 7.000 sekali makan loh. Murah kaaann. Itu udh pake sayur sama lauk loh. Hehehe.

" Perjalanan berkualitas bukan diukur dari seberapa lama kamu habiskan, tapi seberapa banyak kamu bisa ambil pelajaran dari perjalanan itu"

See you on the next Post!!! #shasapunyacerita

*NOTE
Gue menghabiskan uang buat makan yang mana gue dapat
1. ceker dher (Rp 16.000)
2. 3 tusuk sosis naga (Rp 6.000)
3. Kwetiau Kuah + Nasi Goreng 1/2 porsi + air putih (Rp 12.000)
4. selat viens + teh hangat (Rp 11.000)
5. Mie ayam + air putih (Rp 7.000)
6. Plate - O (Rp 43.000)

TOTAL = Rp 95.000 (Gak nyampe 100rb dong :')) yang bikin mahal banget karena gue makan di resto itu 1x. Tiket PP solo gue Rp 188.000. 

Special Thank You to:

Ig : Galang Prayoga (Partner) dan Astri Prihastuti (Endorse kamar kosan buat bobok)

My Ex Roommate, My Besties (Ig: Astri Prihastuti)




Si masnya yang baek banget ngajak muter solo, rela antri Sosnag
(Ig: Galang Prayoga)

Senin, 23 Januari 2017

INTRODUCE ANISHA AYUNING TRYAS

Haloo
Pernah merasa hidup ini sulit? atau pernah merasa terkadang cerita hidup kita tidak adil? seperti merasa banyak diluar sana yang punya hidup sempurna dengan mudahnya, tapi kita disini sedang bersusah payah membangun kesempurnaan itu.

Well, aku dulu pun pernah merasa seperti itu. Aku rasa itu adalah sesuatu yang wajar, yang tidak wajar adalah ketika kamu menghabiskan seluruh waktu mu untuk tidak beranjak merubah pola pikir dan hanya terjebak dalam satu titik, yang mana hanya menyesali kehidupan ini.

Blog ini adalah tulisan pertamaku. tidak ada motivasi menceramahi ketika berniat untuk membuka laptop dan menulis. Yang ada diniatan adalah menjadi orang yang bermanfaat dengan berbagi kisah pengalaman yang mungkin akan menginspirasi. Setidaknya menyebarkan kebaikan melalui tulisan.

Saya bukanlah penulis handal, melainkan amatiran. Tak punya banyak kata bersahaja hanya punya kemauan untuk bercerita. Kedepannya saya akan mengisi blog ini Inshaa Allah dengan berbagai pengalaman kehidupan saya yang mungkin bisa menjadi manfaat bagi orang lain ketika saya tuangkan didalam tulisan. Well saya juga termotivasti untuk tetap abadi melalui tulisan walau kelak jiwa saya nanti telah tiada.

Baiklah, salam kenal para pembaca!!

Semoga post saya kedepannya berkenan di hati kalian :)



"Tidak ada yang tidak mungkin, yang ada mau atau tidak mau"

Nama saya anisha ayuning tryas. Saya sekarang aktif di industri pangan sebagai Peneliti dan pengembangan produk. Saya lahir di Jakarta 26 Oktober 1994. Bercita-cita menjadi seorang Dosen dan kini masih berusah mewujudkannya. Saya adalah Sarjana Lulusan Universitas Sebelas Maret, dengan bidang studi yang saya ambil adalah Ilmu dan Teknologi Pangan. Cerita singkatnya saya tertarik dengan bidang studi tersebut adalah karena saya suka makan. as simple as that tho. Tapi ternyata selama empat tahun kuliah saya menjadi jatuh cinta dengan Ilmu tersebut sehingga saya memutuskan untuk suatu saat saya akan sekolah lagi, memperdalam ilmu dan kelak ingin berdiri di depan kelas sebagai pengajar. Motto hidup saya adalah Man Jadda Wa Jadda.

Tunggu post saya selanjutnya yaa, yang akan saya tulis hanya berkisar tentang apa yang sudah saya lakukan :) entah itu tentang konflik kehidupan yang pernah saya alami, pengalaman organisasi, atau hingga tulisan receh tentang mimpi-mimpi saya. Thank You!! See You Soon on My another POST!

 #shasapunyacerita
Instagram-->anishaayuning
Facebook-->anisha ayuning tryas
twitter-->tryashasa
email-->anishaayuning@yahoo.com